Selasa, 28 Oktober 2014

KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI MAJALAH STORY



TUGAS 2
KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI
Kaidah atau aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibcarakan dalam buku-buku tata bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolah pun tata cara pembentukan kata sudah diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses yang benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita sampai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah.
Baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi.kesalahan berbahasa tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain: (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, (f) pemakian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h)penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.









ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH STORY Edisi 6/Th.1/25 Desember 2009-24 Januari 2010.

1.      Bentuk Tidak baku     : “Tapi kan seharusnya aku neraktir kamu”. (hal 8)
Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng-  adalah me-, mem-, men-, meng-, menye-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, menge-, meny-, dan menge-, menjadi m-, n-, ng-, ny, dan nge-. Penyingkatan tersebut adalah ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakai bentuk kata yang salah.
Terjadi penyingkatan morf men-, pada kata “neraktir”, seharusnya kata tersebut dituliskan secara lengkap,yaitu dengan tidak menyingkat morf dari men-, jadi morf-morf tersebut tidak perlu disingkat.
Depdiknas (2008:1483) kata neraktir berasal dari kata trak.tir v mentraktir; atau men.trak.tir v membelikan (membayar) makanan dan minuman (di rumah makan dsb) untuk orang lain: dng uang pribadi ia~ rombongannya.
Bentuk yang dicetak miring diatas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari men-, atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu di singkat. Bentuk yang betul adalah mentraktir. Perbaikan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku       :”Tapi kan seharusnya aku mentraktir kamu”.





2.      Bentuk Tidak baku     : ”Heh, Ta. Lu ngapain ngelamun mulu?”. (hal 90)
Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng-  adalah me-, mem-, men-, meng-, menye-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, menge-, meny-, dan menge-, menjadi m-, n-, ng-, ny, dan nge-. Penyingkatan tersebut adalah ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakai bentuk kata yang salah.
Terjadi  penyingkatan morf men-, pada kata “ngelamun” , seharusnya kata tersebut dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat morf dari men-, jadi morf-morf tersebut tidak perlu disingkat.
Depdiknas (2008:781) kata ngelamun berasal dari kata dasar 1la.mun, me.la.mun v termenung sambil pikiran melayang kemana-mana; me.la.mun.kan v mengangan-angankan; mengkhayalkan; memikirkan; la.mun.an n angan-angan yang bukan-bukan; khayalan; fantasi; pe.la.mun n orang yang suka melamun. 2la.mun ark p 1 tetapi; namun: biarpun sukar,- tugas itu harus diselesaikan juga; 2 biarpun; meskipun: angin ribut melanda perahu kami,- demikian kami masih dapat selamat; 3 asal(kan); jikalau: ia hendak datang menghadap,-- Tuanku panggil akan dia. 3la.mun Mk v, me.la.mun v 1 menumpukkan (melonggokkan) tidak beraturan: ~  barang bekas di gudang; 2 menggenangi; meliputi (spt air menutupi karang); di.la.mun v 1 digenangi; diliputi (spt karang tertutup air): bersama-sama tenggelam ~ ombak dan gelombang; 2 ki dirundung; diliputi (bencana, kesenangan, dsb): ia ~  bencana; ia ~ kebahagian hidup; payah-payah ~ ombak, tercapai juga tanah tepi, pb setelah beberapa lama menanggung susah, akhirnya tercapai juga cita-citanya.
Bentuk yang dicetak miring diatas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari me-, atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu di singkat. Bentuk yang betul adalah melamun. Perbaikan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku           :” Heh, Ta. Lu ngapain melamun mulu?”.


3.      Bentuk Tidak baku     :”Gue gak bisa kontrol emosi gue, Sil”. (hal 91)
Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng-  adalah me-, mem-, men-, meng-, menye-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, menge-, meny-, dan menge-, menjadi m-, n-, ng-, ny, dan nge-. Penyingkatan tersebut adalah ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakai bentuk kata yang salah.
Terjadi penyingkatan morf men-, pada kata dasar  “kontrol”, seharusnya kata tersebut dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat morf dari men-, jadi morf-morf tersebut tidak perlu disingkat.
Depdiknas (2008:730) kata kontrol berasal dari kata dasar kon.trol n pengawasan; pemeriksaan; pengendalian; -- biologi Mik pemberatasan hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan parasit atau musuh-musuh alam pathogen penyebabnya; -- numerik Komp system pengendalian peralatan dengan menggunakan program komputer;-- sosial Pol kesadaran bersama sebagai manusia yang dibatasi oleh kekuatan yg sepadan bagi intensitas dgn lingkungan untuk bertingkah laku dicara tertentu tanpa memandang secara berlebih-lebihan kepentingan sendiri; me.ngon.trol v mengawasi; memeriksa: atasan harus selalu ~ pekerjaan bawahannya; pe.ngon.trol n 1 alat untuk mengontrol; 2 org yg (bertugas) mengontrol; pe.ngon.trol.an n proses, cara, perbuatan mengontrol; pengawasan; pemeriksaan; ter.kon.trol v dapat diawasi (dikontrol): penggunaan uang Negara harus ~
Bentuk yang dicetak miring diatas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari meng-, atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu di singkat. Bentuk yang betul adalah mengontrol. Perbaikan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku         :”Gue gak bisa mengontrol emosi gue, Sil”.



4.      Bentuk Tidak baku     : ”Or kamu ga kuat ngeliat Jeni dan aku mesra-mesraan, ya?”.
(hal 23)
Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng-  adalah me-, mem-, men-, meng-, menye-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, menge-, meny-, dan menge-, menjadi m-, n-, ng-, ny, dan nge-. Penyingkatan tersebut adalah ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakai bentuk kata yang salah.
Terjadi penyingkatan morf me-, pada kata dasar “lihat”, seharusnya kata tersebut dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat morf dari me-, jadi morf-morf tersebut tidak perlu disingkat.
Depdiknas (2008:826) kata ngeliat berasal dari kata dasar li.hat v melihat; me.li.hat v 1 menggunakan mata untuk memandang;( memperhatikan): kepala desa ~ rakyat membersihkan selokan; 2 menonton: nanti malam kami akan ~ pertandingan tinju; 3 mengetahui; membuktikan: saya ingin ~ sampai dimana kemampuannya; 4 menilik: ~ gelagatnya, kedatangan mereka memiliki maksud yang kurang baik; 5 meramalkan: seorang ahli nujum atau astrolog dapat ~ nasib seseorang; 6 menengok (orang sakit); menjenguk: kami merencanakan untuk ~ kakek di rumah sakit; ~ angin mengikut saja orang banyak: tidak berpendirian; ~ arus menyesuaikan dgn situasi (politik, pendapat, dsb) untuk keselamatan diri; ~ asam ingin sekali; sangat tertarik (tergoda); ~ bulan datang bulan; menstruasi; me.li.hat-li.hat v melihat sesuatu dgn sambil lalu dan santai; mari kita~ barang-barang antik ke museum; me.li.hati v memperhatikan; mengamat-amati; dia asyik ~ pacarnya dr jauh; me.li.hat.kan ark v 1 melihat (memandang); 2 memperlihatkan; pe.li.hat n orang yg tajam tiliknya, dapat mengetahui apa yg akan terjadi; peng.li.hat n indera untuk melihat; peng.li.hat.an n 1 proses, cara, perbuatan melihat; 2 apa yg di lihat; pandangan; 3 cak indera untuk melihat; ter.li.hat v 1 dapat dilihat; kelihatan; tampak; 2 tiba-tiba atau tidak sengaja untuk dilihat; 3 sudah dilihat (diketahui); mem.per.li.hat.kan v meyuruh lihat; menunjukan – bulu, ki memperlihatkan maksud (keadaan) yg sebenarnya; ke.li.hat.an v 1 terlihat; dapat dilihat; tampak; 2 ternyata; terbukti: sekarang barulah ~ siapa yg bersalah; ke.li.hat.an.nya adv tampaknya; rupa-rupanya; ~ ada yg tidak beres dikelas ini.
Bentuk yang dicetak miring diatas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari me-, atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu di singkat. Bentuk yang betul adalah melihat. Perbaikan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku             :”Or kamu ga kuat melihat Jeni dan aku mesra-mesraan, ya?”





















5.      Bentuk Tidak Baku     : “Apa ini hanya alasan Papa yang dibuat-buat supaya Papa bisa
    Nikah lagi ?” (hal 35)
Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng-  adalah me-, mem-, men-, meng-, menye-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, menge-, meny-, dan menge-, menjadi m-, n-, ng-, ny, dan nge-. Penyingkatan tersebut adalah ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakai bentuk kata yang salah.
Terjadi penyingkatan morf me-, pada kata dasar “nikah”, seharusnya kata tersebut dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat morf dari me-, jadi morf-morf tersebut tidak perlu disingkat.
Depdiknas (2008:962) kata nikah memiliki pengertian sebagai berikut ni.kah n ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama; hidup sebagai suami istri tanpa—merupakan pelanggaran thp agama; -- fasid Isl pernikahan yang tidak dapat dilangsungkan atau disahkan karena perbedaan agama, calon istri dl idah, muhrim, dsb yg melanggar aturan perkawinan dl islam;-- gantung nikah yg dilakukan sesuai dgn syarak (terutama dl agama islam), tetapi belum diresmikan oleh petugas yg berwenang (suami istri belum tinggal serumah);-- sigar Isl pernikahan dgn cara tukar menukar calon istri diantara para wali untuk dinikahkan dgn calon suami yg telah disepakati atau untuk dirinya masing-masing dgn suatu perjanjian tanpa mahar, hukumnya haram;-- siri Isl pernikahan yg disaksikan oleh seorang modin dan saksi, tidak melalui Kantor Urusan Agama, menurut agama islam sudah sah;-- tahlil Isl pernikahan yg dilakukan oleh orang ketiga untuk menghalalkan bekas suami yg telah menjatuhkan talak tiga untuk kembali kpd bekas istrinya; me.ni.kah v melakukan nikah; kawin: ia akan ~ dgn seorang guru; me.ni.kahi v mengambil sebagai istri; mengawini: aku mau ~ nya; me.ni.kah.kan v  1 menjadikan bersuami (beristri); mengawinkan: ia ~ anak perempuannya dgn seorang dokter muda; 2 mengadakan upacara pernikahan untuk: Pak Camat akan ~ anaknya pada akhir bulan ini; ber.ni.kah v menikah; per.ni.kah.an n 1 hal (perbuatan) bernikah; 2 upacara bernikah: dia akan menghadiri ~ saudaranya.
            Bentuk yang dicetak miring diatas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari me-, atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu di singkat. Bentuk yang betul adalah melihat. Perbaikan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku   : “Apa ini hanya alasan Papa yang dibuat-buat supaya Papa bisa
    menikah lagi ?”





















6.      Bentuk Tidak Baku     : ”Tapi aku gak nyangka dampaknya seperti ini”. (hal 28)

Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng-  adalah me-, mem-, men-, meng-, menye-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai bahasa sering menyingkat morf mem-, men-, menge-, meny-, dan menge-, menjadi m-, n-, ng-, ny, dan nge-. Penyingkatan tersebut adalah ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakai bentuk kata yang salah.
Terjadi penyingkatan morf me-, pada kata dasar “menyangka”, seharusnya kata tersebut dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat morf dari me-, jadi morf-morf tersebut tidak perlu disingkat.
Depdiknas (2008:1222) katanyangka memiliki kata dasar sangka. 1sang.ka 1 v duga; kira 2 n keraguan; kesangsian; syak. Me.yang.ka v 1 menduga; mengira: 2 mencurigai; menaruh syak. Me.nyang.ka.kan v 1 menganggap (spt); mengira (sbg); menduga akan: 2 menyangsikan: sang.ka.an n 1 dugaan, perkiraan,: 2 keraguan; kesangsian: ter.sang.ka v 1 diduga, dicurigai: 2 telah disangka berdasarkan keterangan saksi atau pengakuannya sendiri: ber.sang.ka v 1 menduga, mengira:2 menaruh sangsi (syak); mempunyai kesangsian: per.sang.ka.an n perihal bersangka. 2sang.ka n 1 kulit kerang besar (untuk terompet dsb); 2 sangkakala
Bentuk yang dicetak miring diatas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari me-, atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu di singkat. Bentuk yang betul adalah menyangka. Perbaikan dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk  Baku  : ”Tapi aku gak menyangka dampaknya seperti ini”.






Daftar Pustaka
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta:
    Jaya Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
     Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Majalah Story. 2010. Story Teenlit Magazine Edisi 6. Jakarta: Gramedia